Tak ada anggaran, bukan berarti tak ada jalan. Dari kondisi serba terbatas inilah semangat pembentukan karakter siswa SMKN 1 Muara Uya menemukan bentuk nyatanya. Adalah kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS) yang menjadi panggung pembuktian, bahwa karakter pemimpin tak dibentuk oleh kemewahan fasilitas, melainkan oleh keberanian menghadapi keterbatasan.
Cerita bermula ketika pengurus OSIS periode 2024–2025 lalai
menyusun rancangan kegiatan tahunan. Akibatnya, program LDKS tidak masuk dalam
RKAS dan tak memiliki anggaran. Namun Kepala SMKN 1 Muara Uya, Rita Herlina,
yang dikenal tegas dan berorientasi pada pembentukan karakter siswa, tak ingin
hal itu menjadi alasan untuk berhenti.
“LDKS ini bukan sekadar acara. Ini kawah candradimuka tempat
kalian ditempa menjadi pemimpin sejati. Kalian harus belajar bertanggung jawab
atas kelalaian dan keputusan sendiri,” ujarnya lantang, sambil memberikan dana
pribadi sebagai pemantik agar kegiatan tetap terlaksana.
Dari semangat itulah OSIS belajar arti tanggung jawab.
Mereka bergerak, berunding, mencari solusi, hingga akhirnya menggandeng PT
United Tractors melalui program CSR TUTI (Tebar Buku Tuai Ilmu, satu dari 5
pilar CSR) dan TBM Rumah Buku Alam Jaro sebagai mitra kegiatan.
Perjalanan mencari dukungan itu menjadi pelajaran berharga
bagi pengurus OSIS: karakter pemimpin bukan dibentuk oleh jabatan, tapi oleh
proses jatuh-bangun mencari jalan.
“Kami belajar untuk tidak mudah menyerah. Ternyata, menjadi
pemimpin berarti siap menghadapi masalah dan mencari solusi,” tutur Riska
Rahmawati, Sekretaris OSIS, dengan mata berbinar mengenang proses panjang itu.
Kegiatan yang digelar selama dua hari satu malam dan diikuti
oleh 20 peserta terpilih itu bukan sekadar pelatihan teknis organisasi. Di
setiap sesi, peserta diajak memahami nilai-nilai dasar kepemimpinan,
kemandirian, dan kejujuran berpikir.
Muziza Arizatannor, pembina OSIS sekaligus pemateri, menekankan pentingnya tanggung jawab dan perencanaan. “Pemimpin tidak lahir dari kenyamanan. Kalian harus belajar merencanakan, mengeksekusi, dan mengevaluasi setiap langkah organisasi. Itulah latihan kepemimpinan yang sesungguhnya,” tegasnya.
Sementara itu, Khoirul Anwari, pendiri TBM Rumah Buku Alam
Jaro, mengingatkan tentang keadilan dalam berpikir sebagai dasar karakter
seorang pemimpin. “Menjadi pemimpin berarti belajar adil sejak dalam pikiran.
Bagaimana mungkin kalian menuntut anggota disiplin, jika kalian sendiri tidak
menepati janji? Bagaimana bisa menjadi role model jika kalian tidak menjadi
teladan dan tidak mampu mempengaruhi anggota? Keadilan itu tumbuh dari
kebiasaan membaca dan refleksi diri,” ungkapnya, menegaskan keterkaitan antara
literasi dan pembentukan karakter serta menyinggung ketidaksesuaian jumlah
peserta di proposal kegiatan dan kenyataan. 
Perlu diketahui sesuai proposal jumlah peserta terpilih
adalah 30 peserta namun saat pelaksanaan jumlah peserta hanya 20 peserta, hal
ini tentu menjadi catatan agar ke depan persiapan harus benar-benar dilakukan
dengan matang, meski semangat membara. Namun demikian hal tersebut tidak
mengurangi dari esensi nilai pengkaderan.
Sebagai keynote speaker, Srie Norma Ningsih, pembina OSIS
sekaligus pembina Paskibra SMKN 1 Pugaan membawa pesan kuat tentang semangat
perjuangan dan militansi organisasi.
“Rekrut pengurus OSIS dengan orang yang mau belajar dan mau
ditempa. Jangan rekrut mereka yang hanya mampu tapi tak mau berproses, mereka
hanya akan menjadi beban organisasi. Karakter tidak tumbuh dari kemampuan, tapi
dari kemauan, rekrut mereka yang mau diajak mendaki gunung, rekrut mereka yang
mau diajak mengarungi samudera” pesannya, menegaskan filosofi kepemimpinan
berbasis keikhlasan dan tanggung jawab.
Hari terakhir kegiatan dilaksanakan di TBM Rumah Buku Alam
Jaro, tempat di mana para peserta merenungi arti kepemimpinan di tengah suasana
alam yang tenang di antara hamparan sawah, pegunungan, dan gemericik sungai. Di
sana, mereka belajar bahwa pemimpin yang kuat bukan hanya yang bisa memerintah,
tetapi yang bisa mendengar, membaca, dan memahami.
LDKS tahun ini menjadi bukti bahwa SMKN 1 Muara Uya tidak
hanya berfokus mencetak siswa terampil, tetapi juga menumbuhkan karakter
pemimpin yang tangguh, mandiri, dan berintegritas.
“Karena karakter tidak lahir di ruang kelas saja, tapi di ruang-ruang perjuangan,di saat seseorang berani memilih jalan sulit dan tetap melangkah. Kapal nampak kuat dan gagah serta aman saat bersandar di pelabuhan, kapal dibuat tidak untuk bersandar tapi Kapal dibuat untuk mengarungi samudera. Percayalah, dengan mengikuti dang mengarungi organisasi mentalmu akan teruji” Tutup Srie Norma Ningsih yang juga didaulat untuk menutup kegiatan. (Tim Jurnalistik Sekolah)












0 Comments:
Post a Comment