Matahari baru saja menembus cakrawala ketika lantunan ayat-ayat suci menggema dari Halaman SMKN 1 Muara Uya. Hari itu, Rabu, 14 Mei 2025, bukan sekedar hari biasa bagi para siswa kelas XII. Sebuah babak baru kehidupan sedang menanti mereka, dan semuanya dimulai dengan menyentuh jiwa melalui Khotmil Quran—sebuah penanda bahwa mereka telah menamatkan bacaan kitab suci selama menempuh pendidikan di sekolah ini.
Kegiatan Khotmil Quran yang diikuti oleh seluruh siswa kelas XII beragama Islam ini sejatinya adalah bagian dari rutinitas harian sekolah yang sudah dilakukan selama tiga tahun terakhir. Setiap pagi sebelum pelajaran pertama dimulai, siswa menyisihkan waktu selama 15 menit untuk membaca Al-Quran. Namun, hari itu berbeda. Ada getar haru dan rasa syukur yang tak bisa disembunyikan. Mereka telah menuntaskan bacaan mereka, bukan hanya sebagai kewajiban, tetapi sebagai bentuk penguatan karakter spiritual yang menjadi pilar dari visi sekolah: Santun, Mandiri, Adaptif, Religius, dan Terampil.
Dalam sambutannya, H. Muzizah Arizatanor selaku Ketua Tim Keagamaan Sekolah, memberikan motivasi Qurani yang mendalam. “Saya berharap membaca Quran ini tidak berhenti pada acara seremonial ini. Jadikan Al-Quran sebagai sahabat sejati yang akan menjadi perisai di manapun kalian berada,” ujarnya. Pesan tersebut seolah mengingatkan bahwa dunia setelah kelulusan bukan sekadar tempat bekerja, tetapi medan tempur nilai dan integritas, di mana mereka harus tetap berpijak pada tuntunan Ilahi.
Keesokan harinya, Kamis 15 Mei 2025, suasana sekolah kembali syahdu, namun kali ini dengan nuansa berbeda. Di halaman belakang sekolah yang telah disulap menjadi panggung kehormatan dengan tenda-tenda megah, siswa dikalungi medali oleh orangtuanya untuk dikukuhkan sebagai alumni SMKN 1 Muara Uya, selain sebagai kepanjangantangan kepala Sekolah, hal ini juga sebagai bentuk apresiasi kepada orang tua yang telah berkorban untuk Pendidikan anak-anaknya.
Acara pengukuhan berlangsung khidmat sejak awal hingga akhir. Tangis haru, senyum bangga, dan semangat baru bertaut jadi satu di mata para siswa, guru, dan orang tua. Momen itu bukan sekadar perpisahan, melainkan tonggak awal sebuah perjalanan baru—menuju dunia kerja, dunia nyata yang sesungguhnya.
Dalam sambutannya, Kepala SMKN 1 Muara Uya, Rita Herlina, menyampaikan harapan dan pesan yang menyentuh hati. “Ilmu yang sudah kalian dapatkan selama tiga tahun ini adalah bekal utama untuk mengarungi kehidupan kerja. Namun, yang tak kalah penting adalah kesiapan mental dan spiritual,” katanya dengan penuh keyakinan.
Ia juga menaruh perhatian pada peran orang tua di masa transisi ini. “Ini masa-masa krusial. Yang biasanya anak pagi-pagi bangun, bersiap ke sekolah, sekarang tiba-tiba di rumah tanpa aktivitas. Tentu ini menguras emosi. Dibutuhkan kesabaran tingkat dewa dari orang tua,” ujarnya, yang disambut anggukan haru dari para wali murid.
Kehangatan acara makin terasa dengan kehadiran Camat Muara Uya, Aidy Risyawal, yang juga memberikan sambutan bermakna. Ia menyambut para lulusan dengan ucapan selamat datang ke dunia nyata, sebuah dunia yang menuntut lebih dari sekadar ijazah, tetapi juga semangat, kreativitas, dan keberanian.
“Bekerjalah. Jangan biarkan diri kalian berlama-lama menganggur. Pekerjaan itu bukan hanya di perusahaan atau kantor-kantor. Dunia luar itu luas, sektor non-formal pun punya peluang besar,” tuturnya lantang. Pesan ini seolah mengetuk kesadaran para alumni untuk tidak terpaku pada definisi kerja yang sempit. Dunia membutuhkan tangan-tangan terampil dan pikiran inovatif, tidak peduli dari mana datangnya.
Dalam kesempatan yang sama, ketua Komite Sekolah memberikan pesan spiritual yang menguatkan. “Doa restu orang tua dan guru adalah jalur langit. Ia tidak tampak, tetapi sangat menentukan arah keberhasilan kalian,” ucapnya. Kalimat ini mengajak para siswa untuk tidak hanya berusaha secara lahiriah, tetapi juga menjalin ikatan batin yang kuat dengan mereka yang telah mendidik dan membesarkan.
Salah satu momen yang paling mengharukan adalah ketika Sukono, perwakilan orang tua siswa, maju ke depan. Dengan suara bergetar ia menyampaikan permohonan maaf dan ridha kepada para guru. “Kami titip anak-anak kami selama tiga tahun. Sekarang mereka akan pergi menempuh jalan sendiri. Mohon maaf jika selama ini ada kekhilafan. Mohon ridho agar langkah anak-anak kami tidak berat ke depannya.”
Seketika suasana menjadi sendu. Banyak mata yang tak kuasa menahan air mata, termasuk dari para guru yang selama ini mengajar dengan sepenuh hati. Pengukuhan ini bukan akhir, tapi awal dari perjuangan baru yang akan menguji segala ilmu, nilai, dan karakter yang telah ditanamkan.
Rangkaian kegiatan pengukuhan dan perpisahan ini menjadi lebih dari sekadar acara seremonial tahunan. Ia adalah simbol dari keberhasilan pendidikan karakter yang selama ini digaungkan. SMKN 1 Muara Uya tidak hanya melahirkan lulusan yang terampil, tetapi juga insan-insan yang religius, santun, dan siap mengabdi kepada masyarakat.
Kini, jalan baru membentang di depan mereka. Ada yang akan langsung terjun ke dunia kerja, tercatat ada 4 siswa yang langsung diterima kerja sebelum lulus, ada yang mungkin melanjutkan pendidikan, ada pula yang masih mencari jati diri. Namun satu hal pasti: mereka tidak akan melangkah dengan tangan kosong. Mereka telah dibekali ilmu, nilai, dan doa yang akan menjadi lentera dalam perjalanan hidupnya.
Kepada para alumni SMKN 1 Muara Uya, dunia ini menanti kontribusi kalian. Jadilah cahaya, di manapun kaki berpijak. Bawa harum nama sekolah, orang tua, dan tanah kelahiranmu. Karena sejatinya, pengukuhan hari ini bukan penutup, melainkan awal dari babak kehidupan yang lebih luas, lebih kompleks, namun juga lebih bermakna. (Chy / Ptr / Ly)